TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI), Ekawahyu Kasih, mengatakan ada perbedaan antara tim nasional bridge Indonesia dan lawan terberat di Asian Games 2018 nanti, yaitu Cina.
Menurut Ekawahyu, Cina banyak menggunakan pelatih asing kelas dunia. “Bukan hanya banyak menggunakan pelatih kelas dunia, Cina banyak mengirim pemain mereka keliling di Eropa dan Amerika Serikat selama selama setahun penuh,” ujar Eka kepada Tempo di Wisma PKBI, Jakarta, Jumat, 14 Februari 2018.
Untuk sektor putri, Ekawahyu berujar Cina punya belasan pemain, meski satu tim hanya membutuhkan enam pemain.
"Mereka mungkin punya 20 pemain yang levelnya sama. Yang putra juga demikian. Mereka memiliki sangat banyak cadangan pemain kelas dunia,” ujar Eka.
Atas persiapan itu, Ekawahyu mengatakan wajar jika tahun lalu, sektor putri dari Cina bisa meraih juara dunia. Untuk sektor putra, Ekawahyu mengatakan Cina berada di peringkat delapan dunia.
Untuk Indonesia, Ekawahyu mengatakan persiapan sudah dilakukan sejak lama dan tak ada kendala dalam menghadapi negara lain saat Asian Games 2018 nanti.
Pemusatan pelatihan nasional (pelatnas) per tahun 2018, kata Ekawahyu, telah dimulai sejak 15 Januari. Namun, untuk pelatnas untuk Asian Games 2018, PB GABSI telah menetapkan pelatihan sejak awal 2017 dengan menggunakan biaya internal PB GABSI.
“Sudah dilakukan seleksi nasional, promosi, dan degradasi, try out, serta kejuaraan Asia dan dunia sepanjang tahun. Persiapan sudah sangat jauh.”
Terkait pendanaan selama tahun 2017, PB GABSI memfasilitasi atlet dengan sponsor dan tidak ada dana dari pemerintah atau Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Pendanaan dari pemerintah baru dimulai Januari lalu dan sudah cair sebesar 70 persen dari Rp 15,49 miliar.
“Untuk honor, sudah kami bayarkan sebelum dana bantuan dari Kemenpora cair karena kami telah memulai pelatnas sejak lama.”
Selain persiapan yang telah lama, Eka mengatakan sejumlah uji coba, kamp latihan, dan partisipasi di kejuaraan tingkat dunia maupun nasional telah direncanakan. Program yang telah direncanakan juga telah disesuaikan dengan jadwal, bobot kejuaraan, dan dana yang tersedia.
“Akhirnya untuk try out dan training camp di Amerika Serikat kami hilangkan agar anggaran mencukupi. Sesuai dengan dana yang dikucurkan Kemenpora,” kata Ekawahyu.
Selanjutnya, dalam menghadapi negara lain saat Asian Games, Ekawahyu mengatakan tim Indonesia tidak boleh lengah dan tidak boleh sombong atau jumawa. Latihan juga harus dilakukan secara spartan, dan juga mendengar nasihat pelatih dunia asal Polandia yang membina tim Indonesia.
“Tidak ada hambatan lain selain atlet harus serius untuk meraih medali emas. Dana, atlet, pelatnas, dan pelatih tak ada kendala. Tinggal berjuang untuk mendapatkan yang terbaik,” katanya.
JENNY WIRAHADI