TEMPO.CO, Jakarta - Persiapan cabang karate untuk Asian Games 2018 sempat diganggu oleh mundurnya empat atlet andalan mereka. Kasusnya pun sempat ikut ditangani Kementerian Pemudan dan Olahraga, dengan pemanggilan atlet dan pengurus Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB Forki).
Seperti apa sebenarnya duduk perkaranya? Berikut kronologi kejadian seperti dituturkan Sekretaris Jenderal PB Forki, Lumban Sianipar, Jumat, 23 Februari 2018:
3 Januari 2018: PB Forki menetapkan tujuh karateka untuk mengikuti World Premier League (WPL) 2018 Seri I di Paris, Perancis 26-28 Januari 2018.
Sebanyak lima atlet wanita dan dua atlet laki-kali sudah ditetapkan PB Forki, yaitu Srunita Sari Sukatendel (peraih medali emas SEA Games 2017 dari nomor kumite -50 kg putri), Cok Istri Agung Sanistyarani (emas SEA Games 2017 kumite -61 kg putri), Sisilia Agustiani Ora (perak kata perorangan putri), Ahmad Zigi Zaresta Yuda (perak kata perorangan putra), Dessynta Rakawuni Banurea (peraih perunggu +68kg putri SEA Games 2017), Iwan Bidu Sirait (peraih medali emas -55kg putra SEA Games 2017), dan Krisda Putri (peraih medali perak Premier Legue Dubai 2017).
Itu sudah termasuk enam atlet yang awalnya mau hengkang (kecuali Krishda Putri). Selain atlet, PB Forki menetapkan pelatihnya, yaitu Syamsuddin Barkhani dan Omita Olga Ompi.
4 Januari 2018: Pb Forki memanggil atlet-atlet yang diarahkan untuk mengikuti WPL. “Begitu saya panggil, mereka berenam sudah keberatan,” kata Lumban.
5 Januari 2018: Lumban Sianipar menerima pesan singkat (SMS) dari enam karateka. “Mereka keberatan kalau latihannya di Kyai Tapa, maunya di Bellezza. Selain itu, mereka keberatan kalau dilatih oleh pelatih yang telah ditunjuk PB Forki. Mereka mau dilatih oleh pelatih yang telah dua tahun melatih mereka. Keberatan juga kalau selama di Pelatnas, mereka diseleksi. Mereka sudah tahu, selama di pelatnas, ada seleksi dua kali,” kata dia.
6 Januari 2018: Lumban Sianipar mengundang mereka berenam untuk makan dan ngobrol-ngobrol. “Sebagai orang tua dengan anak.” Sorenya, Lumban membuka pelatnas untuk WPL di Kyai Tapa. Malamnya, kata Lumban, mereka berenam menghilang, sampai dengan 7 Januari 2018 malam, mereka belum kembali.
7 Januari 2018: Malam hari, PB Forki mencoba mencari per telepon. “Akhirnya mereka mau berkumpul tanggal 8 Januari, malam.”
8 Januari 2018: Malam hari, enam karateka itu berkumpul dengan Lumban. “Saya jelaskan lagi, saya bujuk lagi (untuk kembali ke Pelatnas). Akhirnya saya tanya, daripada keluar-masuk, siapa yang masih komit? Empat memilih tidak komit, dua memilih komit. Jadi, ini murni kemauan mereka.”
Empat karateka yang memilih hengkang adalah Srunita Sari Sukatendel, Cok Istri Agung Sanistyarani, Sisilia Agustiani, dan Ahmad Zigi Zaresta Yuda.
Sedangkan, dua karateka yang kembali mengikuti pelatnas adalah Dessynta Rakawuni Banurea, dan Iwan Bidu Sirait. Sehingga, Pelatnas untuk WPL 2018 hanya diikuti oleh tiga atlet, yaitu Dessynta Rakawuni Banurea, Iwan Bidu Sirait, dan Krisda Putri.
“Kalau dihukum, seharusnya keenam karateka itu mendapat hukuman yang sama. Namun, pilihan mereka berbeda. Itu pilihan masing-masing.”
“Kalau sudah pilhan masing-masing, saya tidak mungkin semacam ‘ngemis’. “Please dong, datang, datang. Kan tidak seperti itu. Ya, kalau sudah memilih mundur kan saya ucapkan terima kasih.”
Setelah itu, pelatih pelatnas jangka panjang sebelumnya, Philip King Galedo, meminta bertemu dengan Lumban Sianipar. “Akhirnya bertemu tanggal 18 Januari.”
18 Januari 2018: Philip bertemu dengan Lumban Sianipar untuk mengantarkan surat pengunduran diri.
Lumban tidak mempertanyakan pilihan Philip untuk mundur. “Kalau sudah mundur ya, mundur. Yang bersangkutan sudah tahu bahwa namanya tidak masuk dalam daftar pelatih Asian Games 2018.”
“Itu hanya untuk justifikasi supaya dia dibilang pahlawan. Makanya, dia berkoar-koar di media esoknya. Katanya,‘Saya mundur karena PB Forki tidak solid.’ Saya katakan, tidak ada masalah di PB Forki. Itu pilihan mereka masing-masing.”
19 Januari 2018: Berita tentang pengunduran diri Philip dan empat karateka pertama kali muncul di koran. “Philip komentar di koran.”
Sealnjutnya, beberapa hari setelah pengunduran diri Philip, kata Lumban, lebih-kurang dua minggu setelah pengunduran diri Philip, salah satu pelatih tim karate Indonesia, Frans Nurseto melayangkan surat pengunduran diri. “Tidak menghadap langsung, suratnya itu melalui WhatsApp, kan tidak sopan.”
Setelah ada beberapa teman marah sama dia, tiga jam kemudian menelepon saya, meminta maaf agar namanya dimasukkan kembali. Katanya,’aku ingin mengabdi sebenarnya, walaupun saya juga konsultan.’
Lumban mengatakan, prinsipnya, orang yang sudah mundur itu tidak akan dia hambat. “Masih banyak yang mau.”
"Kalau ada orang yang mundur dari satu organisasi, berarti dia sudah tidak senang dengan organisasi tersebut. Kemudian, dia minta masuk lagi, kami curiga, ‘ada apa nih?’ Kalau di tengah jalan disabotase bagaimana? Cara saya berpikir seperti itu."
Lumban mengatakan, sabotase bisa saja dalam bentuk program melatih yang tidak benar. "Pelatih itu kan perannya sangat strategis. Ngapain mempertahankan orang yang kami sudah tidak yakin lagi?”
"Itu prinsip organisasi, jangan main gambling atau judi. Karena pelatih di PB Forki masih ada sekitar 50 lagi yang bagus."
Saat ini pelatnas karate untuk Asian Games 2018 sudah berlangsung di Ciloto, Cianjur, Jawa Barat. Latihan diikuti 29 atlet yang akan diciutkan dalam dua tahap seleksi.