TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengancam akan membatalkan rencana pertemuannya dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, jika pertemuan itu tidak membawa manfaat. Trump bahkan mengaku siap pergi apabila pertemuan tersebut dinilainya tidak produktif.
“Saya selalu bersikap fleksibel dan kami akan tetap fleksibel. Tekanan besar kepada Korea Utara akan berlanjut hingga Korea Utara menghentikan program senjata nuklirnya,” kata Trump, dalam jumpa wartawan didampingi Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Rabu, 18 April 2018, di tempat peristirahan pribadi Trump di Mar-a-Lago, Amerika Serikat.
Baca: Trump: Korea Utara Bersih dari Senjata Nuklir 2020
Pria yang berdandan seperti Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, bersalaman dengan Presiden Donald Trump, saat menghadiri acara upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan, 9 Februari 2018. (Yang Ji-ung/Yonhap via AP)
Baca: Soal Korea Utara, Trump: Semua Senjata Nuklir harus Berakhir
Dalam kesempatan itu, Abe menyatakan dukungan pada langkah Trump untuk tetap menekan Korea Utara, meskipun negara itu telah merespon untuk diselenggarakannya dialog. Kendati demikian, Abe meminta kepada dunia internasional dan Amerika Serikat agar mengapresiasi Kim karena telah memperlihatkan itikad untuk melakukan perundingan.
Dikutip dari situs al-Jazeera pada Kamis, 19 April 2018, Trump mengkonfirmasi bahwa Direktur CIA, Mike Pompeo telah berjumpa dengan Kim secara diam-diam untuk membicarakan pertemuannya dengan Kim. Pembicaraan itu, disampaikan Trump berjalan sangat baik.
Trump pada Maret 2018 telah menerima undangan Pemimpin Korea Utara untuk melakukan pertemuan pada musim panas ini. Pertemuan itu dilakukan setelah Trump dan Kim saling gertak, bahkan menghina secara pribadi.
Tanggal pasti pertemuan antara Trump dan Kim belum diputuskan oleh Gedung Putih. Kedua negara saat ini masih memilih lokasi pertemuan. Sedangkan pertemuan pertama antara Kim dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dijadual dilakukan pada 27 April 2018.