TEMPO.CO, Jakarta - Seperti perjuangan Emilia Nova saat tampil pada final lari 100 meter gawang putri di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu 26 Agustus 2018, seperti itulah kejutan Emil pada Asian Games 2018.
Baca: Asian Games 2018: Emilia Nova Raih Perak 100 M Gawang Putri
Menjelang sampai pada hari final atletik Asian Games 2018, itu, sprinter Lalu Muhammad Zohri yang menjadi fokus perhatian karena sukses ia sebelumnya di kejuaraan dunia junior. Tapi, atlet yang biasa dipanggil Emil ini kemudian “menyalip di tikungan” untuk mencetak kejutan.
Baca: Medali Perak Atletik, Emilia Nova: Fokus ke Teknik
Pada final 100 m gawang putri itu, Emil yang berada di deretan lintasan tengah, yaitu ke-5, sebenarnya melakukan start yang agak lambat dibandingkan beberapa finalis lainnya.
Baca Juga:
Saksikan: Asian Games, Detik-Detik Emilia Nova Menjelang Garis Finish
Tapi, kemudian mahasiswi Universitas Negeri Jakarta berusia 23 tahun ini menampilkan teknik lompatan gawang dan lari yang prima. Dengan tenik yang prima itu, ia mampu menambahkan kecepatan.
Pada saat-saat terakhir menjelas finis, ia melakukan sprint untuk melewati pelari Hong Kong, Lui Lai Yu, yang semula ada di depannya.
Teknik Emilia sebenarnya hampir setara dengan yang ditampilkan pelari Korea Selatan, Jung Hyelim, yang merebut emas dengan waktu 13,20 detik. Tapi, laju kecepatan Jung lebih konsisten sejak awal.
Emilia pun merebut perak dalam debutnya di Asian Games pada pergelaran 2018 ini dengan catatan waktu 13,33 detik. Adapun perunggu diraih Lui Lai Yu, dengan 13,42 detik.
Bersama pelompat jauh putra Sapwaturrahman yang meraih perunggu, Emilia menyumbangan medali sekaligus perak perdana di cabang atletik Asian Games 2018 bagi Indonesia.
"Atletik kan olahraga terukur, apalagi di ajang Asia, terus bisa mendapat medali senang dan bangga," kata Emilia seusai pertandingan.
Emilia mengatakan motivasi semakin tumbuh karena banyak dukungan dari suporter. "Saya fokus ke teknik saja," ujarnya.
Selain itu, motivasi diri Emilia untuk mengatasi kekhawatiran menjadi kunci lain buatnya untuk meraih sukses dalam debutnya di Asian Games ini. "Motivasi mengalahkan diri sendiri, takut cedera itu yang dilawan," tuturnya. Dua pekan sebelum bertanding, ia sempat merasakan sakit di pahanya.
Emilia pun mengakui rasa senang karena ia tidak ditargetkan mendapat medali. "Lebih senang karena enggak ada beban," ujarnya.
Perak Asian Games 2018 pada usia yang relatif masih muda, 23, dan prospeknya untuk membawa nama Indonesia pada Olimpiade 2020 di Tokyo adalah buah dari perjuangannya menjalani proses latihan dan menempa kebugaran secara spartan.
Berbagai persiapan telah ia jalani, seperti latihan rutin dan intens, uji coba, dan dan tes kejuaraan.
Emil juga mengatur pola makan sehari-hari. “Enggak ngemil, enggak makan mi goreng, dan enggak makan bakso,” ujarnya saat ditemui Tempo dalam acara peluncuran Nike React di Mal Grand Indonesia, Kamis, 22 Februari 2018.
Baca: AG 2018: Zohri Gagal Medali, Atletik Sumbang Perak dan Perunggu
Pada turnamen pemanasan menuju Asian Games 2018, Minggu, 11 Februari 2018, Emil juga meraih perak di 100 m gawang putri. Catatan waktunya saat itu 14,15 detik.
BRAM SETIAWAN | EGI ADYATAMA | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA