TEMPO.CO, Palembang – Tim Sepak Takraw Indonesia berhasil meraih medali emas di hari terakhir perhelatan Asian Games 2018. Medali emas itu persembahan Muhamad Hardiansyah, Saiful Rijal Husni ubah Dan Rizky Abdul Rahan Pago dan Nofrizal setelah mengalahkan Jepang dengan alot, dengan skor akhir 2-1.
“Jepang menunjukkan kualitas sebenarnya di pertandingan akhir ini,” kata Pelatih sepak takraw Indonesia, Asri Syam, seusai pertandingan di Stadion Ranau Jakabaring, Palembang, Sabtu 1 September 2018.
Bukti kualitas jepang sangat baik itu ditunjukkan melalui pertandingan set pertama. ‘Tim Samurai’ itu dengan berani bermain terbuka dan menekan permainan Indonesia sehingga tak bisa berkembang dan tak bisa menghasilkan poin.
Setiap kali smash yang dilakukan killer Indonesia, Saiful Rizal cs, mereka selalu mampu memblok degan tiga pemainnya. Setelah itu bola akan mereka angkat, seterusnya killer Jepang, Yuki Sato dan Toshitaka Naiko mengembalikan bola dengan smash tajam yang menukik ke lapangan Indonesia. Hasilnya, Jepang menang 15-21.
“Set pertama kita tertekan sekali, ini permainan psikologis. Mereka bermain dengan percaya diri,” kata Asri Syam lagi.
Tak mau kecolongan, pada set kedua, tim Indonesia bermain lebih terbuka dan lebih berani memberi bola tipuan. Saiful Rizal cs tak lagi mengandalkan smash kuat ke lapangan Jepang. Mereka lebih sering membuat bola ke atas, membuat ancang-ancang untuk smash, namun ketika tiga pemain jepang bersiap memblok, pemain Indonesia malah memberikan bola pelan hasil tendangan tumpuan.
“Blok mereka tangguh sekali, pada set satu kita sering kehilangan poin karena blok mereka, makanya set kedua kita ganti strategi” lanjut Asri.
Namun, set kedua tak begitu mulus. Jepang bukanlah tim yang mudah menyerah dan tertekan dengan serangan. Bahkan, gemuruh ribuan suporter yang memenuhi Stadion Ranau Jakabaring Palembang tak menjadi teror mental bagi mereka. Jepang memberi perlawanan sengit dengan bermain lebih terbuka. Mujur, Indonesia akhirnya bisa menang pada set kedua dengan raihan poin 21-14.
Set ketiga terjadi lagi pertarungan yang sengit. Indonesia memang bisa mencuri poin lebih dulu dari Jepang hingga skor 14-7, namun Jepang masih menunjukkan perlawanan mereka hingga tim samurai itu hampir menyusul ke poin 17-10. Pada akhirnya, diantara gemuruh ribuan suporter, Indonesia mengalahkan Jepang di set ketiga dengan skor 21-16.
“Jepang pada kualifikasi dan final ini berbeda sekali strateginya,” kata Asri.
Awal di kualifikasi dulu, kata Asri, mereka bermain dengan blok kaki, tapi di semifinal dan final bermain dengan blok badan tiga orang. Tak hanya itu, kontrol dan akurasi jepang lebih kuat di final ini.
Asri juga mengatakan, mental tim Indonesia memang belum stabil. Solusi supaya menguatkan mental, menurut Asri, yakni memperbanyak jam terbang dan ikut pertandingan dengan kompetisi yang berkualitas.
“Kita minta Indonesia ada gedung olahraga khusus sepak takraw, tak hanya itu ada kompetisi seperti Thailand,” lanjutnya.
Killer Takraw Indonesia, Nofrizal, mengatakan Jepang menjadi kekuatan baru di takraw. Mental Jepang, kata Nofrizal, tak perlu lagi diragukan. Buktinya Indonesia sempat tertekan pada set pertama walau didukung ribuan pendukung sendiri.
Menurut Nofrizal, supaya Indonesia tidak kecolongan lagi ihwal mental, makanya butuh kompetisi yang baik, sehingga mampu melatih kemampuan, ketenangan pemain. “Psikologi penting salain skill,” kata dia.
Pada Asian Games 2018 ini, tim sepak takraw Indonesia berhasil mengumpulkan satu emas, satu perak, dan tiga perunggu.
AHMAD SUPARDI