TEMPO.CO, SOLO - Panitia Asian Para Games 2018 (INAPGOC) akan melakukan klasifikasi atlet selama empat hari sebelum pembukaan. Klasifikasi dilakukan untuk menciptakan kesetaraan kelas bagi atlet yang bertanding.
Direktur Klasifikasi INAPGOC Christopher mengatakan proses itu melibatkan 91 classifier dari berbagai negara. “Tujuh di antaranya berasal dari Indonesia,” katanya di Solo, Rabu, 5 September 2018.
Proses klasifikasi itu berlangsung pada 2-5 Oktober 2018. “Classifier akan menghitung tingkat kecacatan agar pertandingan bisa seimbang,” kata Christopher.
Meski proses tersebut melibatkan classifier yang berpengalaman, Christopher yakin hasil yang dikeluarkan tidak akan bisa memuaskan semua pihak. “Dalam event serupa pasti ada protes.”
Menurut Christopher, penyelenggara tetap menyediakan mekanisme untuk penyampaian keberatan terhadap hasil klasifikasi. “Bisa protes, tapi harus diatur agar keberatan yang disampaikan benar-benar memiliki alasan yang kuat,” katanya.
Dia menyebut keberatan harus disampaikan oleh pimpinan kontingen atau Chief de Mission (CdM). “Jadi atlet atau pelatih tidak bisa mengajukan,” tuturnya. Selain itu, pihak yang protes akan dibebani biaya sebesar US$ 200 (sekitar Rp 2,9 juta).
Protes itu harus disampaikan paling lambat 1,5 jam setelah hasil klasifikasi diumumkan. Keberatan yang diajukan melalui formulir khusus itu akan ditangani oleh para classifier dengan teliti dan profesional. “Ditangani oleh lima panel,” katanya.
Keberatan dalam proses klasifikasi olahraga difabel, menurut Christopher, memang sering ditemui. Sebab, biasanya masyarakat hanya memperhatikan fungsi tubuh yang terlihat secara kasatmata. Padahal classifier Asian Para Games juga akan memperhitungkan hasil functional test yang terkadang tidak terlihat.
AHMAD RAFIQ