TEMPO.CO, Solo - Cabang para atletik belum mampu menyumbang emas bagi Indonesia sepanjang Asian Para Games digelar pada 2010 dan 2014 silam. Atlet para atletik Indonesia Abdul Halim Dalimunthe berharap dirinya mampu memecah rekor tersebut di Asian Para Games 2018.
Abdul merupakan salah satu atlet tuna netra Indonesia yang akan berlaga di Asian Para Games 2018 pada Oktober mendatang di Jakarta. Ia akan turun di dua nomor, yakni 100 meter dan 200 meter putra T11 atau tuna netra total. Bersama pelari pemandu (guide) Ahmad Azlan, Abdul berencana
"Saya saat ini fokus di kedua nomor itu. Saat ini catatan terbaik saya sudah di 11,54 detik di nomor 100 meter," ujar Abdul saat ditemui di Pelatnas Para Atletik Indonesia di Stadion Sriwedari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis, 6 September 2018.
Catatan ini dibuat oleh Abdul di Myanmar pada 2013 silam. Faktor cuaca di Incheon yang dingin membuat Abdul gagal tampil di performa terbaiknya pada Asian Para Games 2014 dengan hanya mencatatkan waktu 10,97 detik. Padahal saat itu emas yang diraih oleh Taiwan didapat dengan catatan waktu 10,70 detik saja.
Abdul berharap cuaca di Indonesia yang telah ia kenali dapat membantunya. Saat ini pada latihan normal di Solo, ia telah mampu stabil berlari dengan waktu 10,5 detik.
"Patokan kami juga melihat saat try out di Cina lalu. Kami sudah bisa mendekati catatan waktu pelari mereka yang ada di 10,45 detik. Peluangnya nanti memang emas atau perak," kata Abdul.
Kerja sama dengan sang pemandu Ahmad Azlan menjadi salah satu kunci lain. Meski hanya berfungsi mengarahkan lari atlet, namun pelari pemandu harus memiliki dasar sebagai atlet lari. Azlan tercatat sebagai salah satu atlet atletik dari Jawa Tengah.
Berpasangan sejak 2013, Azlan mengatakan sudah tak ada lagi masalah komunikasi di antara keduanya. "Dari 2013 sudah bersama, jadi adaptasi gak lama. Sebulan dua bulan saja, soalnya dari segi postur kami sama. Jadi tinggal ikuti saja iramanya," kata Azlan.
Abdul Halim kehilangan pandangannya akibat ablasi retina pada umur 16 tahun saat ia duduk di Sekolah Menengah Atas. Pria asal Medan, Sumatera Utara itu sempat kehilangan semangat. Ia kemudian pindah ke Wyata Guna Bandung.
Kebutaan yang dialami Abdul tak langsung terjadi. Ia sempat masih sedikit melihat dengan jarak pandang terbatas sebelum akhirnya buta total. Saat masa sebelum buta total, ia kagum melihat teman-temannya di Wyata Guna masih tetap berolahraga dengan bebas meski tak bisa melihat sama sekali.
"Saya belajar dari mereka saja, bahwa tuna netra masih bisa lari. Saya ikut NPC (National Paralympic Committe), saya bangkit lagi, jadi lebih percaya diri. Saya dulu kan SD kan di Sekolah Sepak Bola (SSB), jadi dasarnya memang suka lari," kata Abdul terkekeh.
Abdul Halim sendiri telah bergabung dengan pelatnas tim para atletik Indonesia sejak 2011 silam. Ia telah mempersembahkan satu emas di ASEAN Para Games Singapura 2015, dua emas bagi Indonesia di ASEAN Para Games Malaysia 2017 dan perunggu di Asian Para Games Incheon 2014 dari nomor 4 x 100 meter T11-13.
Cabang para atletik Asian Para Games 2018 akan diperlombakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, pada 6 Oktober hingga 12 Oktober. Para atletik menjadi cabang dengan peserta terbanyak yakni 714 atlet dari 39 negara. Cabang ini sekaligus menjadi cabang dengan total medali terbanyak dengan 176 medali.
EGI ADYATAMA