TEMPO.CO, Jakarta - Ada yang berbeda dari medali Asian Para Games 2018. Panitia penyelenggara atau Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (Inapgoc) memberikan elemen tambahan pada medali, yaitu berupa suara.
Direktur Olahraga Fanny Riawan mengatakan tambahan unsur suara baru diterapkan kali pertama di ajang Asian Para Games 2018. Menurut dia, kehadiran suara agar medali bisa dirasakan oleh atlet tunanetra. "Ini sejarah karena pertama kali diterapkan," kata Fanny di GBK Arena, Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2018.
Elemen suara yang ada pada medali terdiri dari unsur bola-bola kecil. Bola tersebut mengisi bagian dalam medali yang bila digerakkan akan mengeluarkan suara. Suara tertinggi datang dari medali emas dan terendah dari perunggu. Tinggi rendahnya
Menurut Fanny, tinggi rendahnya suara ditentukan dari jumlah bola yang ada pada medali. Medali emas mengandung 26 bola kecil, perak terdiri dari 20 bola, dan perunggu 16 bola. Selain suara, panitia juga menggunakan huruf braille di medali yang terbuat dari besi solid.
Ada tiga orang yang menginspirasi Inapgoc untuk menambahkan unsur suara pada medali. Mereka adalah Wakil Sekjen Inapgoc Ferry Kono, Chief Executive Officer Asian Paralympic Committee Tarek Souei, dan atlet angkat berat Ni Nengah Widiasih.
Menurut Fanny, penambahan unsur baru dalam medali atas permintaan Tarek yang menuntut harus ada sesuatu pembeda di Asian Para Games kali ini. Dari hasil riset, panitia akhirnya memasukkan unsur suara dari medali perak Widiasih yang mendapatkannya saat bertanding di Paralimpiade 2016 di Rio de Jenairo, Brasil. "Sementara desain dari Ferry Kono," ucapnya.
Total ada 512 event atau nomor pertandingan di Asian Para Games. Sebanyak itu pula medali emas, perak, dan perunggu yang diperebutkan 2.762 atlet dari 43 negara. Sementara untuk proses pembuatan, lanjut Fanny, diperlukan waktu sekitar empat bulan. "Kami buatnya di Cina karena di Indonesia belum bisa," kata dia.
ADITYA BUDIMAN