TEMPO.CO, Jakarta - Selain Suparniyati yang meraih emas di cabang olah raga tolak peluru putri kategori F20 Asian Para Games 2018. Tiwa atlet asal Riau berhasil menyumbangkan perunggu untuk Indonesia di nomor yang sama.
"Dapat perunggu terasa seperti mimpi. sumpah! Soalnya ini kan event Asia, lawannya juga berat-berat aku dapat ini saja sudah bersyukut banget kayak mimpi dan ini hadiah buat kakak aku. Karena aku cuma punya kakak, orang tua ku sudah tidak ada," ujar Tiwa setelah pengalungan medali di Mix Zone venue atletik, Komplek GBK, Senayan, Jakarta Pusat, pada Senin, 8 Oktober 2018.
Tiwa mencatatkan namanya setelah berhasil melemparkan peluru dengan jarak 6,44 meter. Sementara rekannya, Suparniyati, berada di posisi pertama dengan lembaran berjarak 10.75 dan berhak mendapatkan emas, sedangkan perak diraih oleh atlet asal Jepang Nakada Hiromi.
Tiwa merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, dia lahir pada 28 Agustus 1997. Kedua orang tua Tiwa sudah meninggal, "bapak namanya Bagong meninggal tahun 2001 dan ibu namanya Bonang meninggal tahun 2006," lanjut Tiwa. Karena ini kemenangan Tiwa persembahkan untuk kakak tercinta.
Tolak peluru di Asian Para Games 2018, merupakan pertandingan pertama kali bagi Tiwa di cabang olah raga tersebut. Dia menjelaskan bahwa sebenarnya dirinya bukan atlet tolak peluru. "Tapi, aku mendampingi Mbak Parni karena kalau kami tidak ikut dia tidak bisa tanding, dan dari awal ditargetkan untuk merebut perunggu, makanya semangatlah dan ini yang penting bisa bawa perunggu ke Riau," lanjut Tiwa sambil menunjukkan medali yang baru saja diperoleh.
Pertandingan tersebut hanya di ikuti oleh empat atlet sana, tiga orang asal Indonesia dan satu dari Jepang. Perunggu, kata Tiwa, merupakan target dari awal, dengan persiapan selama sepuluh bulan di Pelatnas, Solo, dia berhasil sesuai target.
Tiwa masuk Pelatnas sejak 2016 di Bandung, "awalnya dari situ," lanjut dia. Kemudian tahun lalu itu ikut Asean Para Games di Malaysia, "tapi waktu itu lombanya lari 400 meter dan lompat jauh, hasilnya dapat perak untuk lari 400 meter dan lompat jauh perunggu," ucapnya.
Atlet berambut pendek itu menargetkan hanya ingin melampau kecepatannya untuk nomor 400 meter di Asian Para Games. Karena, kata dia, masih cukup berat untuk medali. Pelatih, lanjutnya, juga memberikan wejangan kepadanya, kalau dia tidak juara yang penting waktunya naik, sehingga latihan sejak awal tahun 2018 tidak sia-sia.
"Persiapan, latihannya lama karena dari bulan satu sampe bulan sepuluh di Solo. Tolak peluru jarang latihan, soalnya aku fokus di lari, jadi kalau selesai program latihan di lari baru pergi ke tolak," kata Tiwa. "Latihan sesungguhnya enggak ada karena memang bukan atlet tolak peluru."
Sebelum beraga di lapangan, Tiwa sempat menghubungi kakaknya melalui pesan singkat untuk meminta doa dan dukungan. "Kakak ada di Riau, ingin menonton, tapi tidak ada ongkosnya, belum cukup," lanjut dia.
Kedua kakak Tiwa, Ilam dan Basirun, sudah menjadi sosok penting sejak Tiwa kecil semenjak orang tua meninggal, kedua kakaknya menjadi orang yang paling berharga bagi dirinya. Setelah Asian Para Games, Tiwa ingin tetap berjuang di pertandingan-pertandingan selanjutnya. "Aku sih maunya kalau umur masih sanggup, bisa latihan dan ikut event serta rejeki, aku akan terus berlatih," kata perempuan berusia 21 tahun itu.