TEMPO.CO, Jakarta - Panitia Asian Games 2018 masih terus merekrut sukarelawan (voluteer). Bila Anda berminat mendaftar, ada baiknya menyimak pengalaman Vito Samuel, yang sudah beberapa kali menjadi volunteer.
Vito, warga Cililitan berusia 30 tahun, telah memulai kegiatan menjadi sukarelawan (volunteer) sejak 2007, pada saat ia berkuliah di Universitas Pancasila, fakultas farmasi. Kini, Vito sedang berkuliah Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada dan telah menjadi salah satu staf Medical Service dan Doping Control untuk turnamen Asian Games 2018.
Vito pun mengatakan sejumlah tips untuk calon volunteer agar bisa lolos sampai tahap akhir. “Yang penting supel, bisa berkomunikasi dengan baik, serta secara aktif dan pasif berbahasa inggris,” kata dia saat dihubungi melalui telepon, Senin, 22 Januari 2018.
Ia mengatakan, memiliki kemampuan berbahasa asing menjadi nilai tambah untuk calon volunteer. “Menguasai bahasa di luar bahasa inggris, misal bahasa perancis, bahasa mandarin, dan bahasa jepang.”
Menurut dia, belum tentu perwakilan dari negara yang mengikuti ajang seperti Asian Games atau olimpiade itu bisa berbahasa inggris. “Walaupun bahasa inggris menjadi wajib untuk dikuasai oleh calon volunteer,” kata dia.
Lebih jauh, kata dia, dengan mempunya kemampuan berbahasa asing, volunteer akan lebih dihargai. “Dalam artian, kemampuan tersebut nantinya akan punya manfaat lebih untuk berinteraksi dengan banyak orang.
Menurut dia, menguasai bahasa asing bisa dimulai dengan mempelajari bahasa yang banyak digunakan orang. Di luar itu, nilai tambah untuk calon volunteer lain adalah punya keahlian khusus seperti komputer.
Saat memasuki tahap wawancara, kemampuan volunteer akan langsung diuji. “Yang bisa bahasa perancis maka akan diwawancara oleh orang yang bisa berbahasa perancis,” ujarnya.
Selain itu, ia sebut bahwa pengalaman berorganisasi bukan sesuatu yang utama, tapi menjadi nilai tambah. “Tak semua orang yang mempunyai banyak pengalaman berorganisasi bisa berkomunikasi dengan orang asing, kan.”
Dia menurturkan bahwa pengalaman berorganisasi berhubungan dengan manajemen. Namun, untuk dapat berinteraksi dengan orang lain berhubungan kemampuan interpersonal. “Bukan pertimbangan utama,” ujar dia.
Vito pun mengatakan ia pernah terlibat menjadi volunteer di Yunani, Malaysia, dan Amerika Serikat.