TEMPO.CO, Jakarta - Hari ketujuh pesta olahraga Asian Games 2018, Sabtu, 25 Agustus, ditandai dengan berakhirnya puasa gelar Indonesia di cabang tenis yang sudah berlangsung 16 tahun. Sedangkan secara umum Cina kian sulit dikejar para pesaingnya.
Ganda campuran Christoper Rungkat/Aldila Sutjiadi yang mengakhiri penantian panjang cabang tenis. Keduanya meraih emas setelah dalam pertandingan di Palembang mengalahkan duet Thailand Luksika Kumkhum/Sonchat Ratiwatana dengan skor 6-4, 5-7, (10-7) setelah bertarung 102 menit.
Baca: Dayung Sukses di Asian Games 2018, Selanjutnya Incar Olimpiade
"Ini gelar perdana saya di Asian Games pertama saya dan ini saya persembahkan buat orang tua yang sudah banyak berkorban bagi saya dari kecil dan memberi dukungan atas apa yang kupilih yaitu karir tenis saya. Tanpa mereka mungkin karir aku gak lanjut," kata Aldila usai pertandingan.
Tim tenis Indonesia terakhir kali menyumbang medali emas pada Asian Games 2002 di Busan, Korea melalui nomor beregu putri dengan pemain yang terdiri atas Wynne Prakusya, Angelique Widjaja, Liza Indriyani dan Wukirasih Sawondari. Sementara medali emas terakhir untuk nomor ganda campuran, terakhir kali diraih melalui pasangan Yayuk Basuki/Suharyadi pada Asian Games 1990 di Beijing, Cina.
Baca: 7 Kejadian Dramatis di Arena Asian Games 2018
Puasa medali juga berakhir di cabang menembak, meski yang diraih bukan medali emas. Indonesia meraih medali perak dan mengakhiri penantian panjang melalui Muhammad Sejahtera Dwi Putra. Pemuda berusia 21 tahun yang akrab disapa Tera itu meraih medali perak di nomor 10 meter running target campuran putra.
Meski tidak meraih emas, setidaknya hasil tersebut berhasil mengakhiri penantian panjang di Asian Games karena terakhir kali cabang menembak mendapatkan medali perunggu pada Asian Games 1966 di Bangkok melalui Elias Joseph Lessy di nomor 10 meter air rifle.
Baca: Asian Games 2018: Simone Julia Gagal Sumbang Medali Jiujitsu
Selain dari menembak, kontingen Indonesia juga meraih medali perak dari cabang balap sepeda BMX melalui I Gusti Saputra, serta cabang dayung nomor perahu naga. Cabang balap sepeda BMX juga menyumbang medali perunggu melalui Putri Wiji Lestari di nomor putri.
Cabang karate yang mulai menggelar pertandingan di Jakarta Convention Center (JCC) menyumbang satu medali perunggu melalui nomor kata putra Ahmad Zigi.
Dengan perolehan satu emas, tiga perak dan dua perunggu, peringkat tuan rumah Indonesia masih belum beranjak dari posisi kelima dengan perolehan total 10 emas, 12 perak dan 16 perunggu.
Korea Utara menempel ketat di peringkat keenam dan juga mengumpulkan 10 medali emas, tapi kalah selisih medali perak dan perunggu, masing-masing lima dan enam.
Sementara itu raksasa Cina semakin perkasa di puncak dengan perolehan total 72 emas, 51 perak dan 30 perunggu, jauh melampuai saingan terdekat Jepang yang berada di peringkat kedua (34-31-44). Korea Selatan, kekuatan utama lainnya di Asia, bertengger di peringkat keempat (25-26-33), disusul Iran (14-11-9).
Pertandingan lain yang menarik perhatian masyarakat dan pendukung Indonesia adalah di cabang bulu tangkis yang masih menggelar babak pendahuluan di nomor perorangan. Enam wakil Indonesia lolos ke babak berikut. Hanya di nomor tunggal putri, Indonesia tak lagi memiliki wakil.
Klasemen perolehan medali Asian Games hingga Sabtu malam, 25 Agustus 2018:
Negara | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Cina | 72 | 51 | 30 | ||
2 | Jepang | 34 | 31 | 44 | ||
3 | Korea Selatan | 25 | 26 | 33 | ||
4 | Iran | 14 | 11 | 9 | ||
5 | Indonesia | 10 | 12 | 16 | ||
6 | Korea Utara | 10 | 5 | 6 | ||
7 | Thailand | 8 | 8 | 24 |