TEMPO.CO, Jakarta - Cabang olahraga panjat tebing untuk pertama kalinya akan dipertandingkan di
Asian Games 2018, pada Agustus mendatang. Sebagai cabang baru, pemerintah memberi target yang cukup tinggi untuk cabang ini, yakni dua emas dari enam nomor pertandingan.
Target ini tak asal ditetapkan. Merujuk pada prestasi atlet panjat tebing Indonesia di kancah internasional, harapan meraih emas cukup terbuka lebar. Hal ini juga diamini oleh skuad pemusatan latihan nasional (pelatnas) panjat tebing, yang berlatih di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta.
"Dari 6 nomor yang dipertandingkan, sebenarnya peluangnya (Indonesia dapat emas) ada di empat nomor, tapi saya gak mau jumawa, harus realistis juga," kata Pelatih Speed World Record panjat tebing Indonesia, Hendra Basir, saat ditemui di lokasi pelatnas, Rabu, 28 Februari 2018.
Pelatnas Panjat Tebing telah dimulai jauh hari, yakni sejak April 2017 lalu. Yogyakarta dipilih karena dinilai paling representatif dalam hal fasilitas dan cuaca. Ada tiga papan panjat terpasang di Stadion Mandala Krida. Papan 15 meter untuk nomor speed climbing, papan 15 untuk nomor lead, dan papan 5 meter untuk nomor boulder. Khusus papan untuk speed climbing, telah dilengkapi dengan sensor dan tombol waktu berstandar internasional.
Para atlet berlatih lima hari dalam seminggu. Mereka hanya libur di hari Rabu dan Minggu. Dengan jadwal latihan pagi dan sore, mereka melahap porsi 2-3 jam tiap sesinya.
Atlet pelatnas panjat tebing Asian Games 2018 berlatih speed climbing di Yogyakarta. (Egi Adyatama/Tempo)
Hendra mengatakan sejak seminggu terakhir, sejumlah atlet panjat tebing Cina ikut berlatih bersama di Mandala Krida. Permintaan berlatih bersama datang dari Cina langsung. Selain berlatih, kunjungan itu sekaligus menjadi ajang simulasi adu tanding antar negara. Salah satu atlet yang ikut dalam kunjungan itu adalah juara dunia Qixin Zhong.
"Latihannya cuma diadu (simulasi) saja, layaknya kompetisi. Latihan basic tak kami bagi dengan bersama," kata Hendra.
Menurut dia, dari hasil latihan dan uji coba itu skuad Indonesia dinilai cukup setara dengan jajaran atlet panjat tebing dunia lain. Dari pantauan Tempo, Rabu, 29 Februari 2018, dalam sesi simulasi rutin, para atlet Indonesia mampu mencatatkan rata-rata kecepatan 6 detik di nomor speed putra. Sedangkan di nomor speed putri, rata-ratanya adalah sekitar 8 detik.
Meski begitu, Hendra mengatakan di sesi latihan lain, para atlet Indonesia sudah mampu memecahkan rekor dunia. Di nomor speed putra, rekor dunia 5,48 detik milik atlet Iran, Reza Alipour Shenazandifard sudah berhasil dipecahkan. Atlet putra Indonesia sudah mampu mencatatkan kecepatan 5,30 detik untuk memanjat papan 15 meter itu di sesi latihan.
Sedangkan di nomor putri, atlet Aries Susanti Rahayu juga mampu mencatatkan kecepatan 6,96 detik. Catatan ini ada di atas rekor dunia
speed climbing putri dunia, yakni 7,38 detik, yang dipegang atlet Rusia.
Atlet panjat tebing Indonesia, Aries Susanti Rahayu. Tempo/Egi Adyatama
"Level kita sama saja sebenarnya. Tapi saya tak bisa sebut nanti juga akan pecah rekor dunia. Soalnya variabelnya banyak, mulai dari poin, friksi papan juga berbeda, faktor pesaing juga nanti bisa berbeda," kata Hendra.
Apalagi berkaca pada hasil di Kejuaraan Dunia tahun lalu yang diikuti, peluang Indonesia dinilai cukup terbuka. Pada 2017, Indonesia ikut di tiga kejuaraan dunia, dari tujuh kejuaraan dunia yang ada. Hasilnya pun tak mengecewakan. Tampil tak diunggulkan, Indonesia berhasil merebut perak di dua turnamen, yakni di Wujian dan Xiamen, Cina.
Medali diraih dari nomor
speed lewat atlet perorangan putra, Aspar Jaelolo. Aspar hanya kalah dari wakil Rusia dengan perbedaan waktu 1/100 detik.
Atlet panjat tebing Indonesia, Aspar Jaelolo. Tempo/Egi Adyatama
Sedangkan untuk kejuaraan di tingkat Asia, Indonesia tampil lebih garang. Pada September 2017 lalu, Indonesia berhasil menjadi runner-up di Kejuaraan Asia di Iran. Indonesia mengumpulkan tiga emas, satu perak, dan tiga perunggu. Indonesia hanya kalah satu emas dari juara umum, Jepang. Tiga emas disumbangkan oleh nomor speed perorangan putri, lewat Puji Lestari, dan di dua nomor speed relay Putra-Putri.
Salah satu atlet andalan Indonesia di nomor putra, Aspar Jaelolo, mengaku optimistis dapat mempersembahkan emas bagi Indonesia. Ia mengakui beberapa negara Asia memang kuat, seperti Iran dan Cina. Namun ia yakin skuad Indonesia bisa memberikan kejutan di Asian Games nanti.
"Sebenarnya kalau saya bilang saingan terkuat ya dari pemain kami juga (Indonesia). Di sesi latihan, kita ini cuma beda nol koma saja kecepatannya. Cuma memang kita (Indonesia) jarang ikut kejuaraan internasional, jadinya peringkat kami juga tak terlalu tinggi," kata Aspar.
Aries Susanti Rahayu yang disebut Hendra telah mampu memecahkan rekor speed climbing putri dunia, juga mengatakan siap membawa pulang medali. Dalam dunia panjang tebing, ia mengatakan teknik dan fisik kebanyakan atlet sebenarnya tak jauh berbeda. Hanya tinggal fokus dan mental yang menjadi penentuan di lapangan nanti.
"Kalau dari diri sendiri, insya Allah siap memenuhi target dari pemerintah. Bahkan bisa lebih. Apalagi melihat hasil di Kejuaraan Asia kemarin, kita tim beregu Indonesia bisa bicara banyak meski tak diunggulkan," ujar Aries.
Atlet Speed Putra:
1. Aspar Jaelolo
2. Alfian M. Fajri
3. Abudzar Yulianto
4. M.Hinayah
5. Pangeran Septo WS
6. Rindi Sufriyanto
7. Sabri
8. Vedriq Leonardo
Atlet Speed Putri:
1. Agustina Sari
2. Aries Susanti Rahayu
3. Fitriyani
4. Muji Mulyani
5. Nurul Iqamah
6. Puji Lestari
7. Raji'ah Sallsabillah
8. Santi Wellyanti
Atlet Combined Putra
1.Seto
2. Kiromal Katibin
Atlet Combined Putri
1. Widya Fujiyanti
2. Ndona Nasugian.
EGI ADYATAMA