Mimpi Ryan Lalisang dan Kenangan Emas Asian Games 2006

Reporter

Antara

Editor

Nurdin Saleh

Selasa, 10 April 2018 08:10 WIB

Ryan Leonard Lalisang. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 3 Desember 2006, kontingen boling Indonesia di Asian Games ke-15 di Doha, Qatar, tegang menanti penampilan peboling Ryan Lalisang di nomor tunggal putra yang digelar di Qatar Bowling Center.

Aura kecemasan kental terasa. Betapa tidak, Indonesia berharap besar pada potensi atlet muda berkaca mata ini, tetapi fakta berbicara belum pernah ada peboling Indonesia bisa menjadi yang terbaik di Asian Games.

Apalagi ketika itu Ryan bersaing dengan juara dunia nomor master Boling 10 Pin (Tenpin Bowling) 2006 asal Filipina Engelberto "Biboy" Rivera.

Namun, peboling bernama lengkap Ryan Leonard Lalisang itu bisa menjebol tembok tebal keragu-raguan. Datang ke Doha dengan status peraih medali emas nomor tunggal putra SEA Games 2005, Manila, Filipina dan Kejuaraan Boling Asia 2006 di Jakarta, dia berhasil membuat lawan-lawannya kesulitan.

Ryan Leonard Lalisang atlet boling putra. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Skor di game kedua dari Ryan yang mencapai 299 poin, atau satu poin lagi mendekati angka sempurna yakni 300 poin, membangkitkan asa kontingen Indonesia akan medali emas.

Advertising
Advertising

Dan pada akhirnya itu semua terwujud. Dari tujuh game, Ryan Lalisang berhasil mendapatkan total 1.442 poin dan menjadi yang terbaik di nomor tunggal putra.

Dia mengungguli peboling Korea Selatan Cho Bok-eum yang meraih medali perak (1.419 poin) dan atlet Uni Emirat Arab Mahmood Al-Attar (1.401 poin) yang mendapatkan perunggu.

Untuk Indonesia, catatan itu sangat bersejarah karena medali emas tersebut merupakan medali emas Indonesia satu-satunya di cabang olahraga boling Asian Games sampai detik ini.

Sementara bagi Ryan, sekeping medali logam mulia itu menahbiskan dirinya menjadi peboling terbaik di Indonesia dan mengukirkan namanya sebagai salah satu atlet boling papan atas Asia.

Sekarang, hampir 12 tahun berlalu sejak momen gemilang itu, Ryan masih sangat diandalkan untuk mendulang emas di Asian Games, kali ini edisi 2018 di mana Indonesia menjadi tuan rumah.

Pelatih timnas boling untuk Asian Games 2018 Thomas Tan menyebut, di turnamen ini Indonesia berpeluang meraih medali emas dari nomor trio putra.

Ryan Leonard Lalisang. TEMPO/Aditia Noviansyah

Mengenai siapa saja peboling yang terpilih untuk nomor trio putra itu, Thomas hanya bisa memastikan satu nama yaitu Ryan Lalisang. "Ryan Lalisang pasti akan ada di tim terbaik. Dia masih pentolannya di cabang olahraga ini," ujar Thomas.

Ryan memang membuktikan diri belum habis dan masih bisa berkompetisi dengan para peboling muda di usianya yang hampir mencapai 38 tahun.

Dikutip dari laman resmi Federasi Boling Asia, pria yang lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, tersebut berada di peringkat 14 peboling terbaik Asia pada tahun 2017. Bahkan dua tahun sebelumnya, dia sempat menjadi peboling nomor satu se-Asia.

Selain dia, belum ada peboling Indonesia yang menorehkan catatan apik seperti itu.

Ryan yang lahir 21 Agustus 1980 merupakan anak dari pasangan Robert Lalisang dan Yvonne Kalesaran.

Ryan mengenal boling dari sang ayah yang memang pencinta olahraga gelinding bola itu. "Saya sejak kecil memang sudah bermain-main di arena boling di Balikpapan," kata dia.

Potensi dan kemampuannya yang baik membuatnya mengikuti beberapa kejuaraan tingkat daerah di umur yang baru belasan tahun.

Pada tahun 1995, Ryan terpilih mengikuti pemusatan latihan nasional Persatuan Boling Indonesia (PBI) yang mengharuskannya menetap di Jakarta.

Pada tahun 1997, suami dari Vidya Valencia ini mencicipi SEA Games pertamanya, SEA Games ke-24 di Jakarta.

Setelahnya, beragam gelar baik nasional maupun internasional, termasuk medali emas di SEA Games, sudah direngkuh oleh Ryan.

Puncak pencapaian Ryan yang membuat namanya melegenda di dunia boling Indonesia sesungguhnya ada dua yakni medali emas Asian Games 2006 dan peringkat ketiga Piala Dunia Boling QubicaAMF pada tahun 2009 di Melaka, Malaysia di mana kala itu Ryan kalah dari peboling Kanada Michael Schmidt di semifinal.

Ryan Leonard Lalisang. TEMPO/Ramdani

Namun, tak ada keberhasilan tanpa pengorbanan. Begitu pula Ryan. Sempat tercatat sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta, dia meninggalkan kuliahnya di semester empat demi fokus mengembangkan karier di boling.

Ryan mengaku sedikit menyesal memutuskan untuk keluar dari kampus sebab menurut dia sebenarnya karier sebagai atlet bisa saja dijalankan bersamaan dengan pendidikan.

"Sudah terlanjur begini, yang penting sekarang bagaimana menabung untuk masa depan," tutur dia.

Lebih dari 20 tahun berkiprah di dunia boling juga membuat mentalnya semakin terasah. Bukan cuma mental bertanding, tetapi mental bertahan dari masa-masa sulit.

Sebab, bukan rahasia lagi jika kehidupan atlet di Indonesia sering kali didera masalah, mulai dari kurangnya dana serta infrastruktur latihan sampai soal klasik keterlambatan gaji.

Ryan mengaku hal itu tidak terlalu terasa ketika dirinya masih hidup sendiri. Namun semua berubah setelah dia menikah dan memiliki anak.

"Dari tahun 1995 ketika saya pertama kali masuk pelatnas keadaan sudah begini. Kerena itu saya meminta kepada atlet-atlet lain supaya menyimpan uangnya jauh-jauh hari mengantisipasi hal itu," kata Ryan.

Hitam putih dunia boling yang sudah ditelan Ryan tak membuatnya berhenti bermimpi.

Setelah lemari prestasinya terisi penuh oleh beragam trofi, dia masih ingin menjadi yang terbaik di salah satu turnamen paling bergengsi dunia boling yakni Kejuaraan Dunia yang digelar setiap empat tahun dan QubicaAMF World Cup yang berlangsung setiap tahun.

Khusus di QubicaAMF World Cup, Ryan Lalisang sudah pernah merebut peringkat ketiga pada penyelenggaraan tahun 2009 di Malaysia.

"Saya sebenarnya ingin masuk Olimpiade, tetapi agak susah. Jadi, paling mimpi saya ingin juara dunia entah itu di Kejuaraan Dunia atau QubicaAMF World Cup. Semoga ada kesempatan bertanding ke sana," kata Ryan.

Dia menegaskan belum akan berhenti bermain selama dapat berprestasi. Dia pun siap bahu membahu merebut medali bersama atlet-atlet Indonesia lain di Asian Games 2018 dan di Asian Games-Asian Games berikutnya jika dia masih diperlukan.

Umur untuk Ryan hanyalah masalah angka dan bukan penghalang untuk menggapai cita-cita yang belum terwujud. Dia ingin membaktikan diri sepenuhnya untuk meningkatkan prestasi boling Indonesia. Tak pernah terlintas sebersit pun keinginan meninggalkan cabang olahraga yang membesarkan namanya.

Lantas, kapan Ryan Lalisang akan pensiun? Ia menjawab tegas. "Selama saya masih berprestasi, terutama di tingkat Asia Tenggara, saya belum akan pensiun."

Berita terkait

Rekomendasi Tempat Main Bowling di Bogor, Mulai dari 28 Ribu

49 hari lalu

Rekomendasi Tempat Main Bowling di Bogor, Mulai dari 28 Ribu

Ada beberapa rekomendasi tempat main bowling di Bogor yang bisa Anda coba. Harganya mulai dari Rp28 ribuan untuk 3 round. Ini informasinya.

Baca Selengkapnya

4 Rekomendasi Tempat Bowling di Jakarta yang Murah saat Akhir Pekan

50 hari lalu

4 Rekomendasi Tempat Bowling di Jakarta yang Murah saat Akhir Pekan

Terdapat beberapa tempat rekomendasi bowling di Jakarta yang murah dan nyaman. Cocok untuk melepas penat setelah bekerja. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Gelora Bung Karno Lokasi Kampanye Akbar Prabowo-Gibran, Ini Profil GBK yang Mulai Dibangun Pada 1960

9 Februari 2024

Gelora Bung Karno Lokasi Kampanye Akbar Prabowo-Gibran, Ini Profil GBK yang Mulai Dibangun Pada 1960

Berikut profil Gelora Bung Karno atau GBK lokasi kampanye akbar Prabowo-Gibran. Mulai dibangun 1960 dan diresmikan 1962. Berapa kapasitasnya?

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Berduka Atlet Angkat Besi Lisa Rumbewas Meninggal

14 Januari 2024

Presiden Jokowi Berduka Atlet Angkat Besi Lisa Rumbewas Meninggal

Presiden Jokowi menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya lifter peraih tiga medali Olimpiade asal Papua, Lisa Raema Rumbewas.

Baca Selengkapnya

Profil Eko Yuli Irawan, Peraih Medali Perak Angkat Besi di IWF Grand Prix II 2023 Qatar

10 Desember 2023

Profil Eko Yuli Irawan, Peraih Medali Perak Angkat Besi di IWF Grand Prix II 2023 Qatar

Karier gemilang atlet angkat besi Eko Yuli Irawan sudah terlihat sejak 2006. terakhir, raih medali perak di kejuaraan IWF Grand Prix II 2023 Qatar.

Baca Selengkapnya

Evaluasi Asian Games 2023, Menpora Panggil Perwakilan Cabang Olahraga secara Bergantian

31 Oktober 2023

Evaluasi Asian Games 2023, Menpora Panggil Perwakilan Cabang Olahraga secara Bergantian

Menpora Dito Ariotedjo mengatakan evaluasi Asian Games 2023 sebagai salah satu persiapan menuju Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Tren Buruk Asian Games Berlanjut ke Denmark Open 2023, Ketua PBSI Soroti Masalah Kepelatihan hingga Demotivasi Atlet

23 Oktober 2023

Tren Buruk Asian Games Berlanjut ke Denmark Open 2023, Ketua PBSI Soroti Masalah Kepelatihan hingga Demotivasi Atlet

Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna membeberkan hasil rapat evaluasi kegagalan Asian Games 2023. Seberapa optimistis ke Olimipiade 2024?

Baca Selengkapnya

Indonesia di Asian Games 2023 Hangzhou: Daftar Cabang dan Atlet Penyumbang Medali serta Posisi dalam Klasemen Akhir

9 Oktober 2023

Indonesia di Asian Games 2023 Hangzhou: Daftar Cabang dan Atlet Penyumbang Medali serta Posisi dalam Klasemen Akhir

Asian Games 2023 Hangzhou sudah berakhir Minggu, 8 Oktober 2023. Simak daftar penyumbang medali bagi Indonesia dan klasemen akhirnya.

Baca Selengkapnya

Target di Asian Games 2023 Gagal Tercapai, Indonesia Tatap Olimpiade 2024

9 Oktober 2023

Target di Asian Games 2023 Gagal Tercapai, Indonesia Tatap Olimpiade 2024

Hingar-bingar pesta olahraga Asian Games 2023 sudah usai. Indonesia yang gagal memenuhi target berfokus menatap Olimpiade 2024.

Baca Selengkapnya

Klasemen Akhir Perolehan Medali Asian Games 2023 yang Ditutup Minggu 8 Oktober, Indonesia Posisi 13

8 Oktober 2023

Klasemen Akhir Perolehan Medali Asian Games 2023 yang Ditutup Minggu 8 Oktober, Indonesia Posisi 13

Asian Games 2023 resmi ditutup, Minggu, 8 Oktober. Simak klasemen akhir perolehan medali yang menempatkan Indonesia di posisi 13.

Baca Selengkapnya